SOMETIMES.... A DROP OF INK, MORE BEAUTIFUL THAN A DIAMOND

Tak terasa, jam di hp ku telah menunjukkan pukul 2.00 dini hari. Sudah 2 jam setengah aku mengerjakan tugas kuliah introduction to electrodynamic. Tinggal 1 nomer lagi, dan aku bisa mengistirahatkan otakku yang sedari tadi sudah terasa kram.
Yaaaa..emang dasar akunya saja sih yang suka menunda-nunda pekerjaan. Sudah nyata-nyata ada tugas kayak gitu, eeeeh…tetep aja ditinggal nonton film.
30 menit sudah berlalu. Dengan memaksakan otak sedikit akhirnya rampung juga. Fiuuhhh..rasanya sudah tak sabar memenuhi panggilan sang kekasih di alam mimpi sana. Dan setelah 5 menit merebahkan badan, rangkaian-rangkaian symbol yang sedari tadi menari-nari di depan mata, kini tergantikan oleh warna-warni dunia mimpi.

*1 jam 45 menit kemudian

Teriakan alarm dari hp cukup membuatku tersedot ke alam nyata. Tapi karena emang sudah dasarnya pemalas, hal pertama yang bisa kukerjakan hanyalah mematikan alarm, dan kembali terjatuh kedalam jurang mimpi.
5 menit..10 menit..15 menit..30 menit..jrenggg…mata kembali terbuka. Tak kuasa menahan perasaan bersalah karena mengabaikan perintah YANG DIATAS, akhirnya hati ini menuntunku ke tempat wudlu..
“assalamu “alaikum warahmatullahi wabarokatuh” aku menoleh ke kanan
“assalamu “alaikum warahmatullahi wabarokatuh” dan aku menoleh ke kiri
5 menit setelah salam terakhir, aku kembali tergoda untuk mencicipi bantal untuk yang kesekian kalinya. Dan benarlah, tak butuh waktu lama aku kembali lenyap dari dunia ini.

*pukul 6.50 pagi hari

“haaahh…” sontakku ketika melihat jam di hp ku telah menunjukkan angka 06.50.
aku buru-buru ke kamar mandi sekedar buat cuci muka. Untuk orang-orang sebangsa diriku, mandi bukanlah hal pokok. Toh dosen nggak bakal ngasih nilai “A” kalau aku rajin mandi. Atau nilai “E” kalu aku jarang mandi.
15 menit aku habiskan untuk cuci muka + ganti baju. Dan 10 menit aku habiskan untuk berjalan dari kos2an menuju kampus..
“07.15” angka yang sempat kulihat di hp ku sebelum masuk ke kelas prof.Eddy. Memang sih, dosen yang satu ini nggak killer2 amat, tapi justru karena beliaunya baik itulah yang membuatku tak enak hati bila menjadi anak didik yang bandel. Akhirnya, dengan membaca “bismillahirrohmanirrohim” aku langkahkan kakiku masuk ke kelas. Disini tak ada pertanyaan interogasi semacam “kenapa kamu telat?”, tak ada omelan, juga tak ada perintah semacam “tolong tutup pintunya dari luar!!!”. Pokoknya aman, dan sentosa.
Sesaat kemudian aku telah duduk di kursi barisan belakang setelah sebelumnya menyerahkan tugas di meja prof.
Duduk di barisan belakang seperti ini ternyata bisa membuat kesempatan tersendiri untuk membuka pintu ke dunia mimpi. Sisa ngantuk tadi pagi, akhirnya membuatku mengikuti kuliah dengan otak setengah sadar. Tulisan prof yang ada ditulis tak ubahnya seperti symbol-simbol mantra “sirep” yang semakin membuat pintu dunia mimpi terbuka lebar.
Entah sudah berapa banyak symbol-simbol yang telah aku lewatkan. Dan entah gimana awal ceritanya, tiba-tiba di tengah kuliah, prof mengatakan “apa yang kamu berikan, itulah milikmu selamanya..”. Dengan otakku yang setengah aktif, aku jelas kesusahan mencerna ungkapan dari prof ini. Tapi, akibat ungkapan dari sang prof, otakku yang setengah lagi dipaksa untuk ikut mikir juga. Dan itu juga berarti memaksa mataku untuk melek.
Sangkaku hanya aku yang bengong melompong. Eeehh…tak taunya teman-teman ku juga memasang muka bingungnya juga. Dan demi melihat kami yang demikian itu, sang prof memberian pencerahan.
“misalnya saja kamu punya uang 5 ribu rupiah. tiba-tiba kamu merasa lapar, lantas kamu gunakan uangmu untuk membeli makanan, maka uang yang 5 ribu itu bukan lagi menjadi uangmu.” Demikian papar sang prof. “naahh..” sang prof kembali menjelaskan,
“misalnya kamu punya uang 5 ribu. Tiba-tiba ada orang yang kelaparan, dan kemudian kamu berikan uang 5 ribu itu kepada nya, maka uang 5 ribu yang kamu berikan itulah milikmu selamanya..”.
Aku mencoba mencerna kembali penjelasan dari prof yang satu ini. Dan memang benar, ketika uang itu aku belikan makanan, maka uang itu bukan menjadi milikku lagi karena telah aku tukarkan dengan makanan. Aku telah mengambil manfaat dari uang itu. Naaaah..ketika uang itu aku berikan kepada orang yang kelaparan, uang itu akan menjadi milikku selamanya karena aku tidak mengambil manfaat dari uang itu. Ibaratnya aku menitipkan uang 5 ribu itu kepada orang yang kelaparan tadi. Dia membawakan uang 5 ribu ku untuk selamanya.
Lantas aku berfikir, bagaimana dengan orang yang menjual ilmunya?, menjual jasanya? Apakah ini bisa disamakan dengan penjelasan seperti tadi? Apakah itu sama artinya dengan menukar ilmu atau jasanya dengan uang?
Ataukah ada penjelasan lain untuk ungkapan “apa yang kamu berikan, adalah milikmu selamanya”???
Huuuffh..berfikir yang demikian membuat otakku capek. Dan perlu diistirahatkan lagi. Walhasil, untuk yang kesekian kalinya, aku kembali silaturrahmi ke dunia mimpi.

About